Wali Kota Samarinda saat menghadiri Muskercab NU Samarinda di Pondok Pesantren Syaichona Cholil Batu Besaung, Samarinda. Photo: Humas Samarinda
Wali Kota H. Syaharie Jaang mendapat sambutan hangat Ketua NU Samarinda, H Buchoiri Nur. Photo: Humas Samarinda
|
mySAMARINDA.com - 16/06/2013 19:10 WITA
Wali Kota Samarinda H. Syaharie Jaang menyebut Nahdlatul Ulama (NU) sebagai perekat emas. Dengan usia 87 tahun menjadi perekat antar agama, paguyuban, ormas, parpol, dan berbagai komunitas lainnya. Hal itu diungkapkan Jaang ketika membuka Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) Pengurus Cabang NU Samarinda di Pondok Pesantren Syaichona Cholil Batu Besaung, Sabtu (15/6).
"NU besar dan ada dimana-mana. Disinilah perannya menjadi perekat. Ini harus terus kita buktikan, jangan sampai hanya kepentingan sesaat, termasuk kepentingan politik karena berbeda warna dan tujuan menjadi terkotak-kotak. Tunjukkan NU sebagai organisasi keagamaan yang kokoh dan besar," ucapnya.
Jaang yang pernah menjadi ketua Dewan Penasehat Gerakan Pemuda Anshor Kota Samarinda selama 2 periode ini menyebutkan Muskercab PC NU tahun ini sangat strategis.
"Muskercab bukan hanya mengevaluasi program kerja, tapi merencanakan apa-apa yang akan dilaksanakan. Hal-hal strategis bisa disinergikan, dan hasilnya untuk kepentingan masyarakat banyak dan juga menyusun program NU sendiri," katanya.
Sementara Ketua PC NU Samarinda H Buchoiri Nur mengaku bangga Muskercab ini dihadiri wali kota bersama wakil ketua DPRD Samarinda H Sarwono diikuti beberapa jajaran pejabat dengan berdampingan para ulama.
Adapun para pejabatnya seperti kepala Badan Kesbangpol Erham Yusuf, kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan H Akhmad Maulana, Sekretaris Disciptakot Herwan Rifai, Kabag Humas dan Protokol HM Subhan. "Ini menunjukkan kemesraan antara umaro dengan ulama," tandasnya.
Buchoiri yang juga pimpinan Ponpes Syaichona Cholil ini mengatakan saat ini tantangan semakin besar dan berat melihat perkembangan kompleksnya permasalahan, mulai moral agama, ekonomi, pendidikan dan politik.
"Solid dan utuhnya negara ditandai dengan solida dan utuhnya ulama. Hancurnya negara ditandai dengan cerai berainya ulama. Penting posisi NU sebagai penjaga moral bangsa dan kita ditunggu masyarakat," pungkas Buchoiri. (Hms)
|